Ini kisah tentang anak-anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah di Pulau Belitong.
Mereka diajari oleh seorang guru dan seorang kepala sekolah yang sangat baik, mereka adalah bu Muslimah dan pak Harfan.
Setelah hujan lebat biasanya kesepuluh anak SD Muhammadiyah yaitu: Kucai, Lintang, Ikal, Trapani, Mahar, Harun, Syahdan, Borek, Akiong, dan Sahara menaiki pohon filicium untuk melihat pelangi , karena kegemaran kolektif terhadap pelangi itu maka bu Mus menamai kelompok mereka Laskar Pelangi. Pada suatu pagi Lintang terlambat masuk kelas, mereka tercengang mendengar ceritanya.
“Tadi aku tak bisa melintas karena ada seekor buaya besar, sebesar pohin kelapa tak mau beranjak menghalangi di tengah jalan. Tak ada siapa-siapa yang bisa ku mintai tolong. Setelah menunggu lumayan lama menunggu, tiba- tiba dari arah samping ada seorang laki- laki seram berjalan ke arah ku dan mengusir buaya besar itu.”
”Siapa laki- laki itu Lintang?” Tanya Sahara
”Bodenga......!” Jawab Lintang
Sebulan yang lalu Flo hilang. Anak bengal penduduk gedong itu hilang di gunung selumar . Di tengah kepanikan hilangnya Flo tersiar kabar ada seorang sakti mandraguna , tapi beliau tinggal di suatu pulau yang angker dan terpencil yaitu Pulau Lanun. Ialah dukun melegenda di Pulau Belitong, ’Tuk Bayan Tula’ itulah namanya. Ia adalah raja ilmu gaib, orang tersakti diatas yang tersakti, biang semua keganjalan, dan muara semua ilmu aneh.
Nama Tuk Bayan Tula sendiri adalah nama yang menciutkan nyali bagi sebagian orang. Tuk adalah nama julukan lama , dari datuk untuk menyebut orang sakti di Belitong. Bayan juga berarti orang yang berilmu hebat yang selalu memakai nama binatang, dalam hal ini yang dipakai adalah burung bayan. Dan Tula berarti dalam bahas Belitong asli adalah kualat.
Pada suatu hari kamis, sudah 4 hari Lintang tidak hadir. Mereka hanya termangu memikirkan Lintang. Ada apa dengan Lintang, mengapa Lintang tidak masuk, apa yang terjadi dengannya? Sudah 9 tahun ikal duduk sebangku dengan Lintang, dan dari kls 1 ia tak pernah memebolos. Bu Mus mencari berusaha mencari kabar tentang Lintang. Kami mencemaskan Lintang, tapi biarlah kami kami menunggu sampai akhir minggu ini.
Senin pagi saat mereka sedang bersiap ingin menjumpai Lintang, tiba- tiba datang seorang laki-laki membawa sepucuk surat untuk Bu Mus. Bu Mus membaca surat itu sambil menangis. Air matanya berjatuhan di atas surat itu.
Ibunda guru,
Ayah ku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah.
Salam ku Lintang,
Ikal mendapatkan beasiswa ke Sourborne, Prancis. A Kiong menjadi seorang mualaf dan mengganti namanya menjadi Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman , lalu Nur Zaman menikah dengan Sahara dan mereka mendirikan toko kelontong Sinar Perkasa. Dan Borek bekerja di toko kelontong milik Nur Zaman yaitu sebagai kuli di toko sinar perkasa. Flo menjadi seorang guru TK di Tanjong Pandan dan bercita- cita membangun gerakan wanita Muhammadiyah. Sekarang Mahar sibuk mengajar dan mengorganisasi berbagai kegiatan budya.
Kucai menjadi politisi walaupun kelas kampung, ia menjadi seorang ketua salah satu fraksi di DPRD Belitong. Syahdan yang dari dulu gagap teknologi, sekarang menjadi Information Technologies Manager di sebuah perusahaan multinational terkemuka.